selamat datang... jangan lupa tinggalkan komentar :) boleh copast asalkan cantumkan sumber yang jelas! Ok! :)

Sabtu, 25 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian Part 6


Matanya menutup, mungkin ia tertidur atau malah sudah pergi dari dunia ini, Aku begitu ketakutan membayangkan bila ini memang terjadi. Perlahan kupanggil namanya,
            “Ilham,,,Ilham,,,”
Air mataku menganak sungai membasahi jemari Ilham, dalam hati Aku terus berdo’a untuk keselamatan Ilham.
            Akhirnya kelopak mata itu terbuka
            “jangan genggam tanganku seperti itu Tika..” sembari tersenyum
            “Biar, Aku gak mau kamu pergi ilham”
            “tenang Tika, mungkin ini udah takdir aku”
            “Enggak, enggak Ilham, gak boleh! Kamu harus sama-sama Aku terus” pintaku paksa,
hatiku sangat miris melihatnya berbicara terbeta. Tak adalagi tawa seperti hari-hari kemarin, Aku benci hari ini. Ilham banyak bicara, napasnya mulai tersengal-sengal, Aku tak tega melihatnya
            “Ilham,,,Ilham,,,” Aku syok melihat ekspresi Ilham kehsbisan napas
            “Ti..ka jaga di,,ri,,m,u baik,,baik, ja,,ga ke,,s,ehat,,an, jang,,an lu,,pa selalu,, do’aka,,n Aku”
            “Kamau gak boleh ngomong kaya gitu”
            “A,,ku saya,,ng sa,,maa kamu” terengah-engah, dadanya naik turun
            Ucapnya sekali lagi “Tika, ku tung,,gu ka,,u d,,i ke a,,ba,di,an”
Kata terakhir ini begitu menyayat hatiku, sepertinya Ilham sudah tak tahan lagi. Kutuntun Ilham menyebut asma Allah dan syahadat dengan penuh keraguan
            “Lailaahaaillallah,,”
            Kubisikan syahadat “Asyhaduala,,,ailaa haillallah,,,waasyhadu,,, anna muhammadar rasulullah,,”
Ilham terbata membaca syahadat, seketika matanya menutup untuk selama-lamanya.
            Ya Allah entah apa yang harus Aku lakukan, Aku sangat syok melihat kepergian Ilham. Air mataku semakin deras keluar, beberapakali Aku sempat pingsan. Saat mengantar Ilham ke lianglahat pun Aku di papai oleh Ibu dan Ukhti Ina. Sungguh Aku tak kuat berrjalan sendiri, raga ini tak bertenaga. Saat jenasah Ilham di masukan ke peristirahatan terakhirnya, di timbun tanah. Aku tak kuasa menahan semuanya, Aku menangis histeris
            “Ilhaaam,, jangan pergi!!!” tangisku memuncah
**
            Setelah kematian Ilham kesehatanku tak terkontrol, badanku semakin kurus. Aku selalu menyendiri melamuni kepergian Ilham, sulit rasanya melupakan Ilham untuk mengiklaskannya pergi.
            Beberapa bulan Aku pergi chek up ke dokter. Aku lupa dengan kenker rahim yang Aku derita, padahal dokter menyarankanku untuk chek up 2 minggu sekali. 


Bersambung lagii....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar