Indah menyambung “Iya!!! Kalau
dia gak suka, ngapain coba Dia selalu sama kamu? Azhar itu tipe Cowok yang
susah deket sama cewek. Apalagi kamu yang gak pernah sekelas sama Dia, Aku aja
yang dulu pernah sekelas, jarang ngobrol, malahan bisa dibilang gak pernah?”
Indah penasaran.
“Entahlah” Zahra brfikir, memutar
balik otaknya.
Hari ini, hari yang amat
melelahkan, banyak PR yang harus Zahra kerjakan. Saat dirumah, Zahra terus
memikirkan perkataan Indah sewaktu di sekolah padanya. Dalam hati Zahra, memang
dia selau berharap Azharpun merasakan
yang sama denganya, gejolak cinta yang terus menerpa hatinya.
Semakin lama Zahra semakin
bimbang dengan Azhar. Haruskah dia memberi tahu bahwa dia menyukai Azhar? Tapi,
dilain hal itu tidak mungkin, karena ia perempuan. Tak pantas ia memulai duluan.
Perasaan itu terus ada, pergulatan batin yang sangat dilema.
***
Sudah hampir 1 tahun Azhar dan Zahra berhubungan.
Tapi, Azhar tak kunjung menyatakan perasaanya, padahal sebentar lagi mereka
lulus dan masing-masing akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari
situlah, rasanya angin tak berhembus lagi untuk Zahra, jilbab yang
mengibas-ngibas tertiup angin pun tak ia hiraukan, seakan semuanya hampa.
Setelah cukup lama brfikir, zahra mengambil keputusan untuk tidak lagi
mengharapkan balasan cinta dari Azhar, sang wajah berseri itu. Seketika
semuanya berbeda 1800, Zahra tidak lagi mau bertemu dengan Azhar.
Dia juga tak mau lagi pergi keperpustakaan tempat favoritnya dahulu.
Suatu ketika”Ra, Azhar nyariin kamu tuh dari tadi,
katanya udah lama gak ketemu kamu” ujar Indah,
“Bilang aja kamu gak tahu Aku dimana” wajahnya sedikIt
layu.
Lalu indah pergi menemui Azhar,
“Tumben nih, Si Azhar ngomong sama Aku” gumamnya dalam
hati.
“Ndah gimana ?” tanya Azhar antusias
“Nggak tau tuh... Zahra gak mau ketemu kamu”
“Ooh,,, yaudah makasih ya!!,,,” nampak jelas raut
kekecewaan di wajahnya,
“Iya sama-sama” balas indah.
Sejak saat itu azhar tak pernah lagi mencari-cari Zahra dan bertemu dengannya. Sampai acara kelulusan pun Zahra tidak berjumpa dengan Azhar, begitupun sebaliknya. Tiba-tiba, Zahra mendapat sepucuk surat dari Tuti.
Untuk Zahra
Assalamu’alaikum Bunga.... Apa kabar? Ku harap kau selalu sehat.
Zahra mengapa kau tak mau
bertemu denganku? Aku tahu kau marahkan dengan sikap ku ini kan? Sebelumnya
maaf Aku bersifat seperti ini. Aku hanya ingin memberitahumu,bahwa aku akan melanjutkan
kuliah keluar kota atau bahkan keluar negeri, Aku belum menentukan pilihan.
Namun, Aku sudah pilih untuk mengampil pendidikan kedokteran spesialis jantung.
Mohon do’a restunya ya Zahra, agar Aku bisa menggapai cita-citaku ini.
Sebenarnya waktu itu Aku mencarimu untuk meminta pendapat
tentang universitas mana yang terbaik, tapi kau malah enggan bertemu
denganku... Semoga kita bisa bertemu lagi..
Wassalamu’alaikum...
Yang lama tak jumpa
Azhar
Hati Zahra hancur berkeping-keping, ternyata Azhar
hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja, tidak lebih. Dia pun tak
menyatakan perasaannya pada Zahra. Hati wanita mana yang hatinya tak sakit
,mendengar orang yang di cintainya pergi begitu saja dan tak membalas cintanya.
Seketika malam itu menjadi malam kelabu, sesal penuh
dalam hatinya. Malam itu Zahra solat dan berdo’a kepada Allah SWT, bersimpuh
memohon pertolongannya.
“Ya Allah,,, Yang Maha Mengetahui gundah gulannya hati
Hamba mu ini, tolonglah Hamba yang penuh salah ini, mencintai seseorang tanpa
seizin Mu ya Allah,,jika Azhar adalah yang terbaik untuk Hamba, pertemukanlah
kami lagi. Tetapi jika tidak, hilangkanlah perasaan ini bersama dinginya derauan
angin malam ya Allah,, Ya Allah engkaulah Dzat maha membolak-balikan hati...”
Tak terasa butiran air mata jatuh dari kelopak matanya
perlahan-lahan, sungguh kepedihan yang amat mendalam. Setelah malam itu,
hari-hari Zahra tak berhasrat lagi, walau ada sedikit gairah untuk melanjutkan
pendidikannya, tidak lain itu demi kebahagiaan orangtuanya.
***
Waktu terus berlalu, tahun demi
tahun tak tersa telah Zahra lalui penuh sedu- sedan. Kuliahnya sudah di wisuda
dengan titel Drg. (Dokter Gigi). Umurnya pun tak terasa sudah 22 tahun dan ia
pun tak pernah bertemu dengan Azhar. Hal yang lumrah di umurnya itu, banyak
pria yang mencoba mendekatinya. Namun sayang, Zahra tak bisa membohongi
perasaannya bahwa hatinya masih ia suguhkan untuk Azhar, cinta pertamanya itu.
Tuti dan Indah pun sudah lama tahu, bahwa Zahra memang benar mencintai Azhar.
Mereka pulalah yang mencarikan pria untuk menghibur hati Zahra. Namun tetap
saja, Zahra tak bisa melupakan Azhar.
Suatu ketika di sore yang redup
sekitar pukul 03.30 WIB, setelah Zahra bekerja di salah satu klinik kesehatan
di kotanya. Ia pergi ke taman kota sekedar untuk menenangkan diri. Hari itu,
seakan hari yang ganjil. Zahra tak seperti biasanya, wajahnya merona, senyuman
pun selalu tersungging dari kedua sudut bibirnya. Ia duduk diantara bunga-bunga
yang bermekaran. Tanpa di komando, kupu-kupu beterbangan mengelilingi tubuh
Zahra. Disinilah takdir tuhan bergerak, kuasanya amat sangat besar. Sebagai
makhluk ciptaannya Zahra tak bisa lari dari keputusannya. Mungkin inilah
jawaban atas semua do’a-do’anya.
Tiba-tiba datang seorang pemuda
yang gagah dan elok rupawan dari samping serambi kanan.
Bersambung lagi....