selamat datang... jangan lupa tinggalkan komentar :) boleh copast asalkan cantumkan sumber yang jelas! Ok! :)

Sabtu, 25 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian Part 6


Matanya menutup, mungkin ia tertidur atau malah sudah pergi dari dunia ini, Aku begitu ketakutan membayangkan bila ini memang terjadi. Perlahan kupanggil namanya,
            “Ilham,,,Ilham,,,”
Air mataku menganak sungai membasahi jemari Ilham, dalam hati Aku terus berdo’a untuk keselamatan Ilham.
            Akhirnya kelopak mata itu terbuka
            “jangan genggam tanganku seperti itu Tika..” sembari tersenyum
            “Biar, Aku gak mau kamu pergi ilham”
            “tenang Tika, mungkin ini udah takdir aku”
            “Enggak, enggak Ilham, gak boleh! Kamu harus sama-sama Aku terus” pintaku paksa,
hatiku sangat miris melihatnya berbicara terbeta. Tak adalagi tawa seperti hari-hari kemarin, Aku benci hari ini. Ilham banyak bicara, napasnya mulai tersengal-sengal, Aku tak tega melihatnya
            “Ilham,,,Ilham,,,” Aku syok melihat ekspresi Ilham kehsbisan napas
            “Ti..ka jaga di,,ri,,m,u baik,,baik, ja,,ga ke,,s,ehat,,an, jang,,an lu,,pa selalu,, do’aka,,n Aku”
            “Kamau gak boleh ngomong kaya gitu”
            “A,,ku saya,,ng sa,,maa kamu” terengah-engah, dadanya naik turun
            Ucapnya sekali lagi “Tika, ku tung,,gu ka,,u d,,i ke a,,ba,di,an”
Kata terakhir ini begitu menyayat hatiku, sepertinya Ilham sudah tak tahan lagi. Kutuntun Ilham menyebut asma Allah dan syahadat dengan penuh keraguan
            “Lailaahaaillallah,,”
            Kubisikan syahadat “Asyhaduala,,,ailaa haillallah,,,waasyhadu,,, anna muhammadar rasulullah,,”
Ilham terbata membaca syahadat, seketika matanya menutup untuk selama-lamanya.
            Ya Allah entah apa yang harus Aku lakukan, Aku sangat syok melihat kepergian Ilham. Air mataku semakin deras keluar, beberapakali Aku sempat pingsan. Saat mengantar Ilham ke lianglahat pun Aku di papai oleh Ibu dan Ukhti Ina. Sungguh Aku tak kuat berrjalan sendiri, raga ini tak bertenaga. Saat jenasah Ilham di masukan ke peristirahatan terakhirnya, di timbun tanah. Aku tak kuasa menahan semuanya, Aku menangis histeris
            “Ilhaaam,, jangan pergi!!!” tangisku memuncah
**
            Setelah kematian Ilham kesehatanku tak terkontrol, badanku semakin kurus. Aku selalu menyendiri melamuni kepergian Ilham, sulit rasanya melupakan Ilham untuk mengiklaskannya pergi.
            Beberapa bulan Aku pergi chek up ke dokter. Aku lupa dengan kenker rahim yang Aku derita, padahal dokter menyarankanku untuk chek up 2 minggu sekali. 


Bersambung lagii....

Jumat, 24 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian Part 5


Tak ayal banyak pendapat positif dan negatf tercurah dari mereka padaku. Terkadang Aku begitu kesal dan  marah. Tapi, Aku mencoba menahannya dan mencoba untuk bersabar. Munkin inilah godaan dan cobaanyang Ukhti Ina bilang padaku kemarin.
**
            Hari-hariku berlalu, sejalan dengan itu, opini-opini tentangku sedikit demi sedikit menghilang. Walau masih saja ada ungkapan-ungkapan tak enak tertuju padaku. Banyak hikmah yang kupetik dari kejadian ini. Ilham terus mensuportku, Dia amat senangdengan perubahanku ini.
            Tak terasa detik-detik menjelang UAN akan segera tiba, Aku belajar seoptimal mungkin. Siang malam Aku belajar dengan tekunnya. Aku begitu tegang menantinya.
            Akhirnya hari HA telah tiba, kuselesaikan semua soal sebisaku., begitupun dengan hari-hari berikutnya. Setelah 1 bulan menunggu, akhirnya pengumuman kelulusan di bacakan melalui Radio. Aku berharap-harap cemas menantinya, kuterus membayangkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Mulutku komat-kamit berdo’a semoga semuanya baik-baik saja.
Tiba namaku di sebut
“Tika Kurnia Pratiwi LULUS!”
Saking senangnya Aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, menangis terharu, pengorbananku selama ini tak sia-sia. Beberapa saat kemudian nama Ilham juga di sebut
            “Muhammad Ilham Alfathir LULUS!”
Begitu mendengarnya Aku amat senang. Wajahku sumringah tak terkira. Kini Aku tinggal memiirkan akan di lanjutkan kemana pendidikan ku ini.
**
Kulihat hasil Tes kesahatanku untuk memenuhi persyaratan masuk ke universitas favoritku. Aku syok melihatnya, ternyata Aku terkena kanker rahim stadium lanjut,
“Tenang Mbak, kankernya masih bisa di sembuhkan, peluang sembuhnya besar  jangan khawatir,,” dokter menjelaskannya padaku.
Namun tetap saja Aku takut akan keadaan ini, Aku takut rahimku di angkat dan Aku tidak bisa punya keturunan, hatiku tak tenang memikirkannya.
            Tiba-tiba ponselku berdering,
            “Halo assalamu’alaikum Ukhti Tika...” ukhti Ina menelefonku tegesa-gesa
            “Wa’alaikum salam’
            “Ukhti tika?,, Ilham kecelakaan, dia terus sebut-sebut nama Ukhti, keadaannya parah banget. Dia di tawat di Rumah sakit Umun cepat kemari. Kami menunggumu”
Aku tersentak kaget mendengarnya ‘Prang” ponselku jatuh, tubuhku lemas, kuberjalan gontai dari ruangan dokter menuju ruang tempat ilham di rawat. Sangat kebetulan Akupu periksa di rumah sakit yang sama. Tatapanku nanar terperanjat lari menuju ruang UGD. Aku lari sekuat tenagaku, sesekali kuterjatuh karena tak kuat menopang tubuhku yang lemah.
            Kuliha Ilham terbujur kaku di bantu alat napas opname, Aku tak tega melihatnya. Tubuhnya bersimbah darah, kepalanya bocor. Banyak selang kabel manancap ditubuhnya yang Aku tak tahu apa gunanya benda asing itu.aku menangis sejadi-jadinya melihat orang yang Aku sayangi tergolek lemah tak berdaya , Ilham terus memanggil-manggil namaku.
            “Tika,,Tika,,,”
Ibu, Ayah, Adik dan Kakak Ilham menatapku penuh harap. Adik Ilham menangis histeris, Ibunya menangis sesenggukan, Aku sangat bigung harus bagaimana
            “Nak tika, kata dokter ilham sudah tidak ada tak ada harapan lagi,,,” bisik Ibu Ilham padaku,
kutatapi satupersatu keluarga Ilham. Semuanya berduka dan bersimbah air mata, hanya Ayah Ilham yang terlihat sedikit tegar. Terlihat ukhti Inasedang membaca yasin di sebelah ilham sambil meneteskan air mata, Ukhti Ina sepupu Ilham yang begitu menyayangi Ilham dan keluarganya.
            Hatiku meletup-letup tak sseirama, merasakan takut yang amat sangat.kutatap wajah ilham dan kugenggam erat jemari-jemarinya. Matanya menutup, mungkin ia tertidur atau malah sudah pergi dari dunia ini, Aku begitu ketakutan membayangkan bila ini memang terjadi. Perlahan kupanggil namanya,
            “Ilham,,,Ilham,,,”

Bersambung...

About Heart


About Heart

The stars shine in My heart
Very cool and feeled warm
Make me cold, like snow
I feel about the things peculiar
I rileks with all about it
Maybe feel love,just a little, but very hard
I don’t understand, that confiused to relize
But, i still try it, cause i belive all be there
Although My heart hurt that not one
I will forget you, although very hard
I will still try it
When you gone from My live

        Don’t make Me sad, hurt, cry, all the sadnes
        Maybe I fool? Tired with all this, have to
        I crying or smiling, My heart feel hurt
How! I will bring this pain for Me take on you  heart
So that You feel it
So wait Me!!!

Kamis, 23 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian part 4


Sesaat kemudian Usdazah datang, pandangan pertamanya tertuju padaku yang begitu mencolok dari yang lain. Dadaku berdegup kencang ketika Ustadzah menoleh padaku, takut akan dimarahi olehnya. Namun tak disangka Ustadzah tersenyum padaku. Seketika reda sudah gejolak di dadaku.
Akhirnya acara di mulai. Di buka dengan lamtunan ayat suci Alqur’an oleh salah satu Ukhti, suaranya begitu merdu, lembut nan syhdu. Dadaku gemetar, sekujur badanku merinding mendengarnya. Aku merasakan ketenangan yang teramat mendalam, rasa yang tak pernah kutemui sebelumnya. Lantuman ayat suci terus di kumandangkan dan di sambung dengan ceramah dari Ustadzah mengenai fitrah seorang perempuan. Tukasnya, wanita adalah perhiasan dunia ini yang harus di jaga kesuciannya, juga calon Ibu pencetak penerus bangsa yang berkualitas. Ibu pulalah madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Maka dari itu Ustadzah menegaskan, jadilah perempuan yang berilmu dunia dan akhirat,  supaya kelak ketika menjadi seorang Ibu, bisa membimbing anak-anaknya menuju kejalan kebaikan.
Selama di dalam mushola Aku larut dalam suasana itu, apalagi saat mendengar lantunan ayat suci Alqur’an, hatiku merasa begitu sejuk, tenang. Bagai ada sesuatu yang merasuk ke dalam kalbu, suara itu begitu mengalun-mengalun merdu bak suara surga memanggil-manggil para ahli surga untuk masuk ke dalamnya.
Dalam lubuk hatiku ada seberkas keinginan untuk menjadi seperti Ukhti-ukhti yang sebaya denganku itu. Akhirnya Aku banyak bertanya tentang ini itu pada mereka. Mulai dari kenapa mereka berjilbab? Kenapa saat acara tadi, pria dan wanita di pisah? Semua Aku tanyakan. Jawabwn ereka semua masuk akal, mereka menjawab dengan senang hati dan antusias. Aku cukup puas dengan jawaban mereka semua. Kini terjawab sudah tentang semua sikap Ilham padaku yang belakangan ini amat aneh. Ku kirimkan pesan singkat pada Ilham ‘terimakasih telah memintaku datang  ke acara Rohis, sekarang Aku faham dengan semua in.’  Tak lama datang balasan dari Ilham, ‘sama-sama J Aku mencitaimu karena Allah.’ Aku begitu terhenyung membaca pesan itu.
Setelah mengikuti acara Rohis itu, Aku merenung dan terus berfikir,
“Mungkinkah Aku bisa seperti ukhti-ukhti itu,,,,,” desahku pelan
Aku sangat ragu. Dilain hal Aku ingin seperti mereka. Ini saatnya Aku berubah, meeninggalkan kehidupanku yang begitu membingungkan ini. Aku menghubungi UkhtinIna, kuceritakan semuanya. Mendengar Aku ingin berubah, Dia begitu senang dan terus meyakinkan dan memotivasiku
            “Ukhti Tika, di awal memang akan terasa sulit, banyak godaan dan cobaan yang akan menghadang. Tapi Aku yakin Ukhti bisa melewatinya  dengan baik. Aku selalu mendukungmu.” Ukhti Ina terus meyakinkanku.
Tanpa pikir panjang Aku mengitu saran Ukhti Ina.
            Keesokan harinya Aku berangkat kesekolah dengan penampilan yang berbeda, pakaianku terjuntai panjang dan tertutup lengkap dengan jilbab yang melekat di kepalaku. Sontak teman-teman terpana melihatku, banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka, kujawab sebisaku. Tak ayal banyak pendapat positif dan negatf tercurah dari mereka padaku. Terkadang Aku begitu kesal dan  marah. 


Bersambuung

Rabu, 22 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian Part3


Tiba-tiba ponselku berdering, kulihat layar ponselku, satu pesan masuk ‘Ilham’ kutekan tombol ok! ‘Tika, nanti abis pulang sekolah jangan pulangdulu yah! Aku tunggu kamu di mushola ada acar Rohis, jangan lupa datang yah...J ternyata pesan dari Ilham
“Lagi-lagi Rohis” ucapku dalam hati.
Matahari sudah mulai condong ke barat, pertanda hari sudah sore. Bel pulang berbunyi. Tak lupa Aku pergi ke mushola sekedar ingin tahu kegiatan Rohis.
Ketika sampai di mushola Aku tercengan sekaligus tertegun. Aku melihat wanita-wanita aktifis rohis ini berjilbab begitu rapih, tertutup apik, wajahnya pun begitu berseri. Tak seperti Aku, rambutku tergerai panjang tanpa penutup apapun. Para aktifis prianya pun begitu karismatik dan alim sama seperti Ilham. Tak berapa lama seseorang menyapaku,
“Assalamu’alaikum,,,”
“wa’alaikum salam” jawabku lembut
“Ukhti ayo masuk! Sebentar lagi acara di mulai” ajak seorang wanita sambil menarik tanganku. Ku ikuti kemana arah wanita itu pergi.
Baru Aku tahu, ukhti adalah paanggilan untuk perempuan dan Akhi untuk panggilan kepada  laki-laki. Ternyata tempat kegiatan rohis antara pria dan wanita dipisah sedemikian rupa.
Aku duduk di samping Ukhti Ina, tadi kami berkenalan. Aku duduk dengan tenang, maataku menyapu seluruh bagian mushola ini, kupandangi semua wanita berjilbab rapi menjulur sampai dadanya,hanya Aku sendiri yang tak berjilbab. Aku termangu dengan suasana ini, suasana yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Ku terus mengamati sisi demi sisi mushola ini sambil menunggu Ustadzah datang memberi pencerahan.
Sesaat kemudian Usdazah datang, pandangan pertamanya tertuju padaku yang begitu mencolok dari yang lain. Dadaku berdegup kencang ketika Ustadzah menoleh padaku, takut akan dimarahi olehnya.

Bersambung lagi 

Selasa, 21 Januari 2014

B. Inggris kelas XI semester 2 (EXSPRESION OF SHOWING ATTITUDE)


EXSPRESION OF SHOWING ATTITUDE

*Expressions Agreement ( ungkapan setuju )
-         - I agree with you ( saya setuju denganmu)
-          -I agree with what you said ( saya setuju dengan perkataanmu)
-          -I agree with your opinion ( saya setuju dengan pendapatmu)
-          -Well, if you say so (baik, jika kamu berkata begitu)
-          -I’m with you (saya sependapat denganmu)
-          -I’m get along with you (saya sependapat denganmu)
-          -Allright (baik)
-          -Okay let’s go! (oke ayo!)
-          -I think so (saya pun berpikir demikian)

*Expressions Disagreement ( ungkapan tidak setuju)
-          -I disagree with you ( saya tidak setuju denganmu)
-         - I donn’t agree with her ( saya tidak setuju dengan dia perempuan)
-          -I don’t think so ( saya tidak berpikir demikian)
-          -No, it’s bad... (tidak, itu buruk...)
-          -Sorry i have to say ‘No’ (maaf saya harus berkata ‘tidak’)
-          -Yes i see, but... ( ya saya mengerti, tapi...)
-          -Yes, but don’t you think... ? ( ya, tetapi tidakkah kamu berpikir...?)

Expressions Agreement and Disagreement bisa di pakai untuk mengungkapkan pendapat di muka umum atau di dalam kelas dalam diskusi atau sejenisnya.
Exampel:
Budi asked Nita to lunch planed today.
Nita     : what do you think about having lunch today?
Budi    : sorry, i have to say no. Because i have to take my mother to market.

Subjek bisa di ganti dengan her, him atau we (jika lebih dari satu orang).

Senin, 20 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian Part 2


Perutku bak di koyak-koyak. Wajahku pun pucat. Seketika pandanganku kabur dan perlahan-lahan gelap. “Brug!” ternyata Aku tumbang terjatuh pinsan, tubuhku tergolek lemah di bawaa ke ruang UKS. Seperti biasa Aku anggap kejadian ini kejadian biasa, pikirku semua wanita pasti pernah merasakannya. Karena sakitku tak kunjung reda petugas UKS membujukku untuk kerumah sakit, namun Aku menolak, karena Aku merasa tidak sakit. Akhirnya mereka membawa Aku pulang untuk istirahat di rumah.
Beberapa hari berlalu. Gelagat Ilham setiap bertemu denganku semakin aneh. Sekarang kita berdua seperti bukan sepeereti sepasang kekasih, melainkan seperti musuh, selalu berjauhan.paling hubunganku dengan Ilham hanya sebatas di televon atau sms.
“Sayang maaf ya... akhir-akhir ini Kita jarang ketemu, jadwalku padet banget, sampai-sampai gak ada waktu buat kamu” Ilham menghubungiku via telepon,
“iya gak papa aku ngerti ko,”
“kalau gitu Aku seneng dengernya, Kamu enggak marahkan?
“Enggak, Aku gak marah” sambil melengoskan kepala
“Sayang?” panggilku
“Iya,,”
“Tadi perutku sakit lagi, sakit banget”
“Kamu uadah periksa ke dokter?”
“Belum” Aku menggelengkan kepala
“Lho kenapa?”
“Gak kenapa-kenapa sih, males aja”
“yaudah nanti periksa ke dokter jangan lupa”
“Iya nanti kalu ada waktu, Aku pasti chek up”
“tut...tut...tut...” sambungan teleponku terpetus begitu saja.
“Hmm,,, mungkin Ilham sedang sibuk,” Aku mendesah tanpa suara.
Kurebahkan tubuh keatas ranjang kamarku. Badanku pegal-pegal , rasanya seperti tertindih kerbau. Kurenggangkan kaki, tak banyak gerakan. Sejenak kutatap foto ibu di sebelah kepalaku, wajahnya begitu redup, tersenyum simpul. Andai Dia ada di dekatku saat ini. Membelai rambutku, kan kuceritakan semua keluh kesahku,
“Ibu,,,” lirihku memanggil namanya.
Sudah pasti tak ada jawaban, merindukan orang yang sudah lama pergi meninggalkan  kehidupan yang fana ini. Aku terus membisu memikirkan semua yang menggelayut di kepalaku , yang tak pernah habis di makan waktu. Akhirnya Aku terlelap tidur, terbuai mimpi, bertemankan sepi.
**
            Pagi-pagi buta kuberangkat ke sekolah. Pukul 05.30 WIB Aku keluar dari rumah beranjak mengendarai sekuter kesayanganku. Entah mengapa hari ini Aku berangkat pagi sekali. Tak disangka ternyata pagi ini jalananmacet parah, padahal biasanya ramai lancar. Setelah ku ingat-ingat sekarang tanggal 1 mei, yaitu hari Buruh Nasional. Pantas saja jalan macet, banyak buruh yang akan berdemonstrasi, biasalah paling demo menuntut kenaikan gaji.
            “Ah... untung tadi berangkat pagi” gumamku sambil memencet klakson motor,
            “tin,,tin,,tin,,” derauan suara knalpot dan klakson menjadi satu, bising sekali.
            “Seharusnya pagi-pagi begini Aku harus banyak-banyak menghirup oksigen tanpa campuran apapun, supaya pikiranku fresh ketika sampai di sekolah,,,”
Tapi, ini malah kebalikannya, karbondioksida terus menerobos ke dalam hidungku secara paksa. Aku terus merayap mengendarai motor dengan sabar melewati jalan yang macet total ini.
Hampir sejam Aku menelusuri jalan hingga akhirnya sampai di gerbang sekolah. 30 menit berikutnya kugunakan untuk sarapan dan melepas penat. Tiba-tiba ponselku berdering, kulihat layar ponselku satu pesan masuk ‘Ilham’ kutekan tombol ok! ‘Tika, nanti abis pulang sekolah jangan pulangdulu yah! Aku tunggu kamu di mushola ada acar Rohis, jangan lupa datang yah...J ternyata pesan dari Ilham
“Lagi-lagi Rohis” ucapku dalam hati.


bersambung...

Minggu, 19 Januari 2014

(Puisi) Akh,,, Cinta


Akh,,, Cinta

Mungkin ini yang dinamakan cinta?
Begitu indah nan suci untuk dirasakan
Kan sempurna bila tak bertepuk sebelah tangan
Cinta muncul dalam setiap jiwa
Merasuk dalam dada
Indah nan menawan jika di rasa
Namun sulit untuk dimengerti
Cinta pun bisa menjadi duri dalam hati

Aku disini menunggumu sayang
Apakah kau juga merundukanku sayang?
Aku hanya bisa terdiam       
Merenung dalam sepinya malam

Ku Tunggu Kau di Keabadian Part 1





Pahit, itu yang kurasakan setiap harinya. Berpi-pil obat menghujaniku. Sedikitnya tak kurang dari 10 butir pil masuk kedalam tubuhku untuk sekali minum. Belum lagi jrum infus yang tertanam di tertubuhku tak kunjung dilepas suster. Entah sampai kapan Aku harus seperti ini. Sakit sudah pasti namun bukan berarti Aku harus  menyesali hidup ini.
            Hari ini begitu cerah, Aku duduk di atas kursi roda, berpayungkan dahan pohon mangga yang rimbun, berpagarkan bungadahlia warna-warni. Semilir angin menyapaku lembut, berhembus menyelinap ke sela-sela kerudung. Mengingatkanku masa-masa melankolis dahulu. Ketika elegi cinta berkenalan denganku. Masa yang sangat singkat namun sangat berarti. Tak bisa kubendung, air mataku perlahan-lahan menetes jika teringat masa itu. Terutama jika mengenang Ilham mantan pacarku dahulu.
***
Sebualan yang lalu Aku dan Ilhan jadian, padahal Aku udah suka sama dia sejak kelas 2 SMA. Tapi gak papalah baru terwujud di akhir Aku kelas 3 SMA ini. Walau 4 bulan lagi kita berdua lulus. Jujur, Aku masih gak percaya kalau Aku udah jadian sama Ilham. Kita berdua beda 1800. Ilham orangnya alim, idep, sopan, dan kasep kalau kata orang sunda bilang. Sedangkan Aku orang yang sembrono, frontal dan sedikit nyeleneh. Maka dari itu banyak yang memanggil ku Tika Bogi (Boy Girl) alias tika setengah cowok, setengah cewek. Prilakuku yang seperti itu mungkin karena Aku kehilangan vigur seorang Ibu yang sudah lama meninggal semenjak Aku berumur 8 tahun. Ditambah lagi Papah yang selalu sibuk dengan bisnisnya. Di rumah Aku sering ditinggal pergi. Munkin dari situlah Aku menjadi anak pembangkang. Tapi sekarang, ada Ilham disampingku yang selalu membantuku menyelesaikan semua masalah, mulai dari PR, sampai masaah pribadi. Aku seneng banget punya pacar kaya Ilham. Dia itu pokokny paket lengkap untuk Aku yang delevery Tuhan kasih.
Sejak Aku jadian sama Ilham, Aku ngerasa  ada sesuatu dari diriku yang  berbeda. Sekarang Aku menjadi orang yang lebih penyabar dan lebih sopan.
**
Hari-hari kujalani seperti air mengalir, mengikuti alur yang sudah Tuhan tentukan. Semakin hari pula hubungan Aku dengan Ilham semakin mesra. Walau pun mesra, tetap ada batasan-batasan yang Ilham tegaskan. Katanya, ini demi kelangsungan hubungan kita. Kuturuti semua itu tanpa celoteh dari mulutku, maklum saja ini kali pertama Aku pacaran.
Aku banyak belajar pada Ilham mengenai pemahaman agamaku. Apalagi semenjak Ilham ikut nimbrung di acara Rohis, semakin pula Aku di nasehati olehnya. Sejak saat itu pula Ilham agak menjauh dariku. Jangankan bermesraan, berjabat tangan saja Aku tak pernah. Tak seperti dulu setiap Aku ada masalah, Aku selalu larut dalam pelukannya. Namun sekarang? Jangan ditanya, Dia tak lagi seprti itu. Bahkan sekarang, jika kita jalan berdua selalu ditemeni sepupunya, namanya Rika. Marah? Sedah pasti, namun apalah arti kata-kataku baginya, Ilham tetap tak bergeming dengan semua perkataanku.
Saking sayangnya Aku pada Ilham, semua perkataanya mulai Aku turuti tanpa protes. Itu semata-mata karena Aku takut kehilangan Dia. Berkat Dia Aku bisa berubah, gak kaya dulu, kepribadianku buruk, intonasiku saat bicara pun tidak karuan, keras, dan seenaknya. Aku salut pada Ilham, Dia begitu telaten membimbingku, bukan hanya itu, Dia pun mengajariku arti sebuah kehidupan. Katanya, harta bukanlah segalanya, banyak orang yang kaya raya namun tak bahagia. Benar kata Ilham, contohnya ya aku ini. Bisa di bilang Aku pun demikian, hartaku cukup, bahkan bisa di bilang sangat lebih. Namun Aku tak bahagia dengan hartaku itu. Yang kubutuhkan kasih sayang dan perhatian yang cukup, bukan harta. Aku merasakan Itu ketika Aku mengenal Ilham
**
Tak seperti biasanya, setip kali Aku menstruasi sekitar perut dan pinggangku terasa sakit yang amat hebetnya, bahkan pernah sampai Aku terjatuh pingsan. Seperti tadi pada saat ku sedang upacara bendera, perutku kembali sakit, rasanya ada sesuatu dalam perutku yang memaksa untuk keluar. Perutku bak di koyak-koyak. Wajahku pun pucat. Seketika pandanganku kabur dan perlahan-lahan gelap. “Brug!”...

Bersambung... 

Kamis, 02 Januari 2014

(Kisah nyata) Kutemukan Duri Cinta di Facebook


Kutemukan Duri Cinta di Facebook

Sebuah kisah nyata yang terjadi pada seorang remaja putri dan seorang pemuda yang cukup dewasa. Umur mereka terpaut 4 tahun. Kisah ini berlangsung setahun yang lalu, diman saat itu tokuh Aku masih sangat belia berumur 16 tahun dan si pria (Ari) 20 tahun. Sebenarnya peristiwa seperti ini sering terjadi di facebook. Nama tokoh di samarkan dan ada sedikit tambahan peristiwa oleh saya sebagai penulis, secara keseluruhan kisah ini nyata adanya dan pernah terjadi.
Kupejamkan mata sejenak kutatap langit-langit kamar. Terkadang hidupku penuh warna dan ada kalanya kelabu bak awan mendung. Inilah perasaan yang mungkin ABG labil rasakan. Cinta? Satu kata penuh tanya. Tak banyak yang ku tahu tentang cinta, yang ku tahu cinta layaknya sesuatu hal yang baru , di awal memang sangat antusias menyambutnya, dan perlahan-lahan rasa antusia itu sirna. Kemudian ada rasa yang sulit di ungkapkan, pada titik inilah cinta bertahan, ada yang merasa bahagia, sedih, dan susah di buatnya.
Kumulai kisah cintaku dari masa SMP. Di SMP cinta menyapaku saat Aku duduk di bangku kelas 9, mungkin bisa di bilang cinta monyet, itu rasa yang sangat aneh. Seperti remaja lainnya Aku pun sering aktif di jejaring sosial Facebook. Pasang status, like, komentar, dan cari teman, hampir selalu itu setiapharinya. Perlahan-lahan Aku pun mulai apa itu cinta dari status-status teman dunia mayaku. Sedikit demi sedikit Aku paham dengan sesuatu yang bernama cinta, dan kisahpun berlanjut. Aku menyukai teman sekelasku, namanya Indra. Aku pun heran dengannya, kenapa Aku bisa menyukainya, padahal ia orang yang biasa saja. Sederhana, tak tampan, pokoknya bukan tipeku. Namun sayang, ia tak suka denganku melainkan dengan temanku sendiri. Ya! Sudah pasti hatiku rasanya hancur. Setahun Aku menyukainya dan setahun pula waktu yang Aku butuhkan untuk bisa melupakannya.
Sekarang Aku beranjak SMA. Hari-hariku lalui seperti biasa, dan yang anehnya setelah Aku SMA, setiap melihat Indra tak ada rasa apa-apa, dadaku tidak bergetar, berbeda seperti dulu di setiap Aku berjumpa dengannya sewaktu SMP. Perjalanan masa-masa SMA terus berjalan, Aku semakin aktif di Facebook. Banyak curhatan-curhatan yang kutulis disitu. Foto-foto pun kuupload semuanya, facebook sekan-akan rumah keduaku. Di Facebook ula Aku banyak mengenal pria dan mereka menyukaiku. Tapi entahlah, Aku tak percaya kepada mereka semua. Bahkan ada pula pria Amerika yang juga menyukaiku, karena katanya, di photo Aku terlihat begitu cantik. Disini Aku mulai mengira-ngira, apakah cinta itu cantik atau tampan? Namun dahulu cintaku pada Indra bukan karena dia tampan. Kemudian ada lagi teman Facebook yang suka padaku, itu juga gara-gara dia melihat photoku bersama mobilku. Lantas apakah cinta juga materi atau kekayaan? Yang terakhir Aku punya lagi teman Facebook pria, Aku sering bertukar kabar dengannya, dan ternyata dia pun menyukaiku. Dia selalu mengirimiku  puisi romantis, namanya Bagus. Ya! Dia menyukaiku dan bahkan memintaku untuk jadi istrinya, pengakuan yang sangat gila. Namun dia bilang bukan sekarang, tapi saat Aku lulus dari perguruan tinggi nanati. Dia akan menungguku, pengakuannya seakan-akan begitu serius. Namun entahlah Aku tak begitu percaya. Aku tanya kenapa dia suka padaku, katanya karena aku pintar. Dia ingin punya istri yang pintar, supaya kelak bisa mengurusi anak-anaknya dengan baik. Dan sekali lagi, apakan cinta itu karena si dia pintar, cerdas dan jenius?
Walaupun kejadian demi kejadian aneh terjdi di Facebook. Aku tetap aktif membuka akunku itu. Sehari saja tidak membuka Facebook rasanya cemas, tak nyaman, risau siapa saja yang menyukai dan komentar di statusku, cemas bila ada pesan masuk. Mungkin Aku telah kecanduan Facebook. Pernah Aku membuat akun lain yaitu twitter. Namun tetap yang kubuka Facebook kembali lantaran twitter sepi. Penggunanya kebanyakan orang yang individualistis golongan menengah ke atas. Lama-lama Aku pun bosan dengan dengan twitter dan meninggalkannya.
Kembali ke facebook, Aku berkenalan dengan seoarang pria. Seperti biasa kami berdua ngobrol, dia orang yang asik, namany Ari. Suatu ketika Aku pergi ke pantai bersama keluarga. Tak di sangka Ari pun memberi kabar ada di pantai pula, pantai yang juag sama denganku. Aku mencari-carinya , dia bilang dia memakai sweater hitam, celana panjang, kubalas kalau Aku memakai baju garis-garis colourfull, kerudung biru muda. Ternyata di pantai benyak sekali yang memakai baju seperti Ari, mulai dari bapak-bapak, kakek-kakek, anak muda, serta anak kecil sekalipun. Kuperhatikan satu persatu dari mereka ternyata bukan Ari. Akhirnya Aku melihat sosok yang berbeda, itu adalah Ari. Aku sontak terkejut. Aslinya dia lebih tampan dari photo yang ku lihat, badannya tinggi dan berisi. Di situ kita berdua berjabat tangan dan mengobrol, tapi sayang kebersamaan itu hanya sebentar saja karea Aku harus segera pulang. Sejak kejadian itu Aku semakin dekat dengannya, diam-diam Aku menyukainya, sikapnya pun sungguh membingungkan. Dia selalu memanggilku “sayang”, padahal kita belum pacaran. Setelah lebih dekat, sedikit banyak Aku tau sifatnya yang egois dan keras kepala. Namun entahlah, Aku semakin mencintainya.
Hubungan semakin lama kita lalui, dan Ari tak kunjung menyatakan perasaanya padaku. Semakin lama pula hubungan kami merenggang, dia mulai jarang menelfon atau sms. Satu hal yang kubenci saat itu ialah setiap menghubungiku ia selalu mengajak pergi untuk main, tentu saja Aku menolaknya, menolak denga cara halus walau dalam hati ada rasa risih yang teramat. Walau pun Aku pernah bertemu dengannya sekali, Aku harus tetap waspada. Sebagai seorang wanita Aku harus bisa menjaga diri. Tak ada yang tahu kan Aslinya dia seperti apa? Mungki n itu alasannya dia tak juga menembakku dengan panah asmaranya. Saking gregaetnya dan tanpa pikir panjang, Akulah yang menyatakanperasaanku padanya. Sebelumnya dia membicarakan hal ini di sms. Begini kataku,
“Bang Ari Aku sebenernya juga suka sama kamu. Tapi Aku gak bisa jadi pacar kamu, kalau kamu gak sabar nunggu Aku buat jadi pacar kamu, maka pergilah, dan cari cewek lain” itulah yang kukatakan padaya. Entahlah itu benar atau salah, yang penting perasaanku saat itu sangat lega. Tak tau mengapa setelah kejadian itu kami lost kontak. Setiap kubaca status facebooknya pasti tetang seorang wanita, sepertinya dia sudah punya wanita lain selain Aku dan bisa jadu itulah kekasihya. Hatiku begitu hancur melihatnya, hidup ini seakan tak bergairah lagi, tak nafsu makan, tak enak tidur, selalu memikirkannya yang belum tentu dia pun ingat dengan ku. mungkin ini juga salahku telah berkata seperti itu padanya, akh bodoh-bodoh, mau di taruh dimana muka ku ini. Aku mencoba untuk mengikhlaskanya pergi dengan wanita lain.
Pengorbananku tak sia-sia, lambat laun Aku bisa melupakannya, walau hanya secuil saja. Tidak di sangka, di facebook dia mencantumkan status berpacarnya beserta nama pasangannya. Ketika itulah Aku merasa semuanya sudah berakhir. Bila mengingat kata-katanya dulu yang begitu manis dan indah pun juga terdengar amat jujur, Aku tak percaya denga sikapnya sekarang. Sejak kejadia itu, setiap melihat pria ada rasa yang begitu benci terpendam dalam hati. Apalagi jika ada pria yang berbicara begitu manis padaku, Aku tak percaya sedikitpun. Karena Aku takut kejadian itu terulang lagi....

Rabu, 01 Januari 2014

(Cerbung) Cinta Pada Bunga yang Berseri part 3


Indah menyambung “Iya!!! Kalau dia gak suka, ngapain coba Dia selalu sama kamu? Azhar itu tipe Cowok yang susah deket sama cewek. Apalagi kamu yang gak pernah sekelas sama Dia, Aku aja yang dulu pernah sekelas, jarang ngobrol, malahan bisa dibilang gak pernah?” Indah penasaran.
“Entahlah” Zahra brfikir, memutar balik otaknya.
Hari ini, hari yang amat melelahkan, banyak PR yang harus Zahra kerjakan. Saat dirumah, Zahra terus memikirkan perkataan Indah sewaktu di sekolah padanya. Dalam hati Zahra, memang dia selau berharap Azharpun  merasakan yang sama denganya, gejolak cinta yang terus menerpa hatinya.
Semakin lama Zahra semakin bimbang dengan Azhar. Haruskah dia memberi tahu bahwa dia menyukai Azhar? Tapi, dilain hal itu tidak mungkin, karena ia perempuan. Tak pantas ia memulai duluan. Perasaan itu terus ada, pergulatan batin yang sangat dilema.
***
Sudah hampir 1 tahun Azhar dan Zahra berhubungan. Tapi, Azhar tak kunjung menyatakan perasaanya, padahal sebentar lagi mereka lulus dan masing-masing akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari situlah, rasanya angin tak berhembus lagi untuk Zahra, jilbab yang mengibas-ngibas tertiup angin pun tak ia hiraukan, seakan semuanya hampa. Setelah cukup lama brfikir, zahra mengambil keputusan untuk tidak lagi mengharapkan balasan cinta dari Azhar, sang wajah berseri itu. Seketika semuanya berbeda 1800, Zahra tidak lagi mau bertemu dengan Azhar. Dia juga tak mau lagi pergi keperpustakaan tempat favoritnya dahulu.
Suatu ketika”Ra, Azhar nyariin kamu tuh dari tadi, katanya udah lama gak ketemu kamu” ujar Indah,
“Bilang aja kamu gak tahu Aku dimana” wajahnya sedikIt layu.
 Lalu indah pergi menemui Azhar,
“Tumben nih, Si Azhar ngomong sama Aku” gumamnya dalam hati.
“Ndah gimana ?” tanya Azhar antusias
“Nggak tau tuh... Zahra gak mau ketemu kamu”
“Ooh,,, yaudah makasih ya!!,,,” nampak jelas raut kekecewaan di wajahnya,
“Iya sama-sama” balas indah.
Sejak saat itu azhar tak pernah lagi mencari-cari Zahra dan bertemu dengannya. Sampai acara kelulusan pun Zahra tidak berjumpa dengan Azhar, begitupun sebaliknya. Tiba-tiba, Zahra mendapat sepucuk surat dari Tuti.


Untuk Zahra

Assalamu’alaikum Bunga.... Apa kabar? Ku harap kau selalu sehat.
 Zahra mengapa kau tak mau bertemu denganku? Aku tahu kau marahkan dengan sikap ku ini kan? Sebelumnya maaf Aku bersifat seperti ini. Aku hanya ingin memberitahumu,bahwa aku akan melanjutkan kuliah keluar kota atau bahkan keluar negeri, Aku belum menentukan pilihan. Namun, Aku sudah pilih untuk mengampil pendidikan kedokteran spesialis jantung. Mohon do’a restunya ya Zahra, agar Aku bisa menggapai cita-citaku ini.
Sebenarnya waktu itu Aku mencarimu untuk meminta pendapat tentang universitas mana yang terbaik, tapi kau malah enggan bertemu denganku... Semoga kita bisa bertemu lagi..
Wassalamu’alaikum...
Yang lama tak jumpa
                                                                                                                              
                                                                                                                                    Azhar 




Hati Zahra hancur berkeping-keping, ternyata Azhar hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja, tidak lebih. Dia pun tak menyatakan perasaannya pada Zahra. Hati wanita mana yang hatinya tak sakit ,mendengar orang yang di cintainya pergi begitu saja dan tak membalas cintanya.
Seketika malam itu menjadi malam kelabu, sesal penuh dalam hatinya. Malam itu Zahra solat dan berdo’a kepada Allah SWT, bersimpuh memohon pertolongannya.
“Ya Allah,,, Yang Maha Mengetahui gundah gulannya hati Hamba mu ini, tolonglah Hamba yang penuh salah ini, mencintai seseorang tanpa seizin Mu ya Allah,,jika Azhar adalah yang terbaik untuk Hamba, pertemukanlah kami lagi. Tetapi jika tidak, hilangkanlah perasaan ini bersama dinginya derauan angin malam ya Allah,, Ya Allah engkaulah Dzat maha membolak-balikan hati...”
Tak terasa butiran air mata jatuh dari kelopak matanya perlahan-lahan, sungguh kepedihan yang amat mendalam. Setelah malam itu, hari-hari Zahra tak berhasrat lagi, walau ada sedikit gairah untuk melanjutkan pendidikannya, tidak lain itu demi kebahagiaan orangtuanya.
***
Waktu terus berlalu, tahun demi tahun tak tersa telah Zahra lalui penuh sedu- sedan. Kuliahnya sudah di wisuda dengan titel Drg. (Dokter Gigi). Umurnya pun tak terasa sudah 22 tahun dan ia pun tak pernah bertemu dengan Azhar. Hal yang lumrah di umurnya itu, banyak pria yang mencoba mendekatinya. Namun sayang, Zahra tak bisa membohongi perasaannya bahwa hatinya masih ia suguhkan untuk Azhar, cinta pertamanya itu. Tuti dan Indah pun sudah lama tahu, bahwa Zahra memang benar mencintai Azhar. Mereka pulalah yang mencarikan pria untuk menghibur hati Zahra. Namun tetap saja, Zahra tak bisa melupakan Azhar.
Suatu ketika di sore yang redup sekitar pukul 03.30 WIB, setelah Zahra bekerja di salah satu klinik kesehatan di kotanya. Ia pergi ke taman kota sekedar untuk menenangkan diri. Hari itu, seakan hari yang ganjil. Zahra tak seperti biasanya, wajahnya merona, senyuman pun selalu tersungging dari kedua sudut bibirnya. Ia duduk diantara bunga-bunga yang bermekaran. Tanpa di komando, kupu-kupu beterbangan mengelilingi tubuh Zahra. Disinilah takdir tuhan bergerak, kuasanya amat sangat besar. Sebagai makhluk ciptaannya Zahra tak bisa lari dari keputusannya. Mungkin inilah jawaban atas semua do’a-do’anya.
Tiba-tiba datang seorang pemuda yang gagah dan elok rupawan dari samping serambi kanan.

Bersambung lagi....






(Cerbung) Cinta Pada Bunga yang Berseri the end


Tiba-tiba datang seorang pemuda yang gagah dan elok rupawan dari samping serambi kanan
“Assalamu’alaiku Bunga yang berseri?” sapanya lembut
Zahra begitu terkejut, itu seperti suara Azhar yang masih terngiang jelas di telinganya, walau 5 tahun sudah ia tak berjumpa dengan Azhar.
“Ah,, itu pasti halusinasiku saja” gumam Zahra
“Azzahra Munawarah,,, ini Aku Muhammad Azha Yusuf” panggil Azhar sekali lagi,
Azhar menyebut nama lengkapnya dan mnam lengkap Zahra. Zahra menoleh ke arah sumber suara, betapa terkejutnya Ia melihat sososk yang ia rindukan. Itu memang benar Azhar, orang yang selama ini membuatnya sekan hampa.
“Wa’alaikum salam Azhar”, Zahra lari kearah Azhar
“Apa Aku sedang bermimpi? Apa benar ini engkau Azhar? Kemana saja engkau selama ini?”
Secara tak sadar, Zahra spontan memeluk Azhar. Ini kali mereka berpelukan, jangankan berpelukan, bejabat tangan saja mereka enggan melakukannya. Zahra beruraian air mata, rasa rindu yang sudah tak terbendung lagi kini terbayarkan sudah. Azhar pun sama mengeluarkan air mata, walau hanya beberapa tetes saja, pria memang sulit menangis. Air mata memuncah, saat bibir tak mampu berbicara, matalah yang mampu mengunkapkannya.
Di situ di taman itu, pertemuan yang sangat indah bak Adam dan Hawa yang bertemu di Padang Arafah, Makkah. Azhar pun menceritakan semuanya bahwa sebenarnya Ia juga sama mencintainya.
“Zahra Aku pun sama mencintaimu, bahkan teramat sangat. Acap kali Aku teringat semua bayangmu. Tapi Zahra, Aku tak ingin mengungkapkannya terlebih dahulu. Karena Aku tau kau bukan gadis sembarangan yang bisa dimiliki seenaknya saja. Aku tak ingin membuat mu kotor, kau tahu itukan?” tutur Azhar meyakinkan Zahra.
 Ia sudah menyukai Zahra sejak pertama bertemu di perpustakaan sekolahnya dahulu. Zahralah cinta pertamanya dan Ia mengungkapkan Zahra pulalah cinta terakhirnya. Ia ingin menjaga kesucian cintanya, ia tak ingin pacaran seperti pada masanya itu, bermesraan di tempat yang sepi, sampai-sampai terjerumus terbawa hawa napsu yang menyeastkan. Sungguh ia tak mau seperti itu, sejak dahulu Azhar hanya menganggap Zahra sebagai sahabatnya saja,baginya sudah melihat Zahra saja sudah cukup indah baginya.
Di taman itu pulalahAzhar meminang Zahra. Azhar mengatakan, ia akan membawa serta Zahra pergi ke Jerman untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas Heidelberg  yang beberapa hari ini sempat libur, setelah menikah nanti. Mendampinginya sampai cita-citanya tercapai, menjadi Dokter Spesialis Jantung. Sekaligus menjadi pendamping hidupnya baik dikala senang atau pun susah seumur hidupnya.

TAMAT