Tiba-tiba datang seorang pemuda
yang gagah dan elok rupawan dari samping serambi kanan
“Assalamu’alaiku Bunga yang
berseri?” sapanya lembut
Zahra begitu terkejut, itu seperti suara Azhar yang masih
terngiang jelas di telinganya, walau 5 tahun sudah ia tak berjumpa dengan
Azhar.
“Ah,, itu pasti halusinasiku
saja” gumam Zahra
“Azzahra Munawarah,,, ini Aku
Muhammad Azha Yusuf” panggil Azhar sekali lagi,
Azhar menyebut nama lengkapnya dan mnam lengkap Zahra. Zahra
menoleh ke arah sumber suara, betapa terkejutnya Ia melihat sososk yang ia
rindukan. Itu memang benar Azhar, orang yang selama ini membuatnya sekan hampa.
“Wa’alaikum salam Azhar”, Zahra
lari kearah Azhar
“Apa Aku sedang bermimpi? Apa
benar ini engkau Azhar? Kemana saja engkau selama ini?”
Secara tak sadar, Zahra spontan
memeluk Azhar. Ini kali mereka berpelukan, jangankan berpelukan, bejabat tangan
saja mereka enggan melakukannya. Zahra beruraian air mata, rasa rindu yang
sudah tak terbendung lagi kini terbayarkan sudah. Azhar pun sama mengeluarkan
air mata, walau hanya beberapa tetes saja, pria memang sulit menangis. Air mata
memuncah, saat bibir tak mampu berbicara, matalah yang mampu mengunkapkannya.
Di situ di taman itu, pertemuan
yang sangat indah bak Adam dan Hawa yang bertemu di Padang Arafah, Makkah.
Azhar pun menceritakan semuanya bahwa sebenarnya Ia juga sama mencintainya.
“Zahra Aku pun sama mencintaimu,
bahkan teramat sangat. Acap kali Aku teringat semua bayangmu. Tapi Zahra, Aku
tak ingin mengungkapkannya terlebih dahulu. Karena Aku tau kau bukan gadis
sembarangan yang bisa dimiliki seenaknya saja. Aku tak ingin membuat mu kotor,
kau tahu itukan?” tutur Azhar meyakinkan Zahra.
Ia sudah menyukai Zahra sejak pertama bertemu
di perpustakaan sekolahnya dahulu. Zahralah cinta pertamanya dan Ia
mengungkapkan Zahra pulalah cinta terakhirnya. Ia ingin menjaga kesucian
cintanya, ia tak ingin pacaran seperti pada masanya itu, bermesraan di tempat
yang sepi, sampai-sampai terjerumus terbawa hawa napsu yang menyeastkan.
Sungguh ia tak mau seperti itu, sejak dahulu Azhar hanya menganggap Zahra
sebagai sahabatnya saja,baginya sudah melihat Zahra saja sudah cukup indah
baginya.
Di taman itu pulalahAzhar
meminang Zahra. Azhar mengatakan, ia akan membawa serta Zahra pergi ke Jerman untuk
melanjutkan kuliahnya di Universitas Heidelberg
yang beberapa hari ini sempat libur, setelah menikah nanti. Mendampinginya
sampai cita-citanya tercapai, menjadi Dokter Spesialis Jantung. Sekaligus
menjadi pendamping hidupnya baik dikala senang atau pun susah seumur hidupnya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar