Tak ayal
banyak pendapat positif dan negatf tercurah dari mereka padaku. Terkadang Aku
begitu kesal dan marah. Tapi, Aku
mencoba menahannya dan mencoba untuk bersabar. Munkin inilah godaan dan
cobaanyang Ukhti Ina bilang padaku kemarin.
**
Hari-hariku berlalu, sejalan dengan
itu, opini-opini tentangku sedikit demi sedikit menghilang. Walau masih saja
ada ungkapan-ungkapan tak enak tertuju padaku. Banyak hikmah yang kupetik dari
kejadian ini. Ilham terus mensuportku, Dia amat senangdengan perubahanku ini.
Tak terasa detik-detik menjelang UAN
akan segera tiba, Aku belajar seoptimal mungkin. Siang malam Aku belajar dengan
tekunnya. Aku begitu tegang menantinya.
Akhirnya hari HA telah tiba,
kuselesaikan semua soal sebisaku., begitupun dengan hari-hari berikutnya.
Setelah 1 bulan menunggu, akhirnya pengumuman kelulusan di bacakan melalui
Radio. Aku berharap-harap cemas menantinya, kuterus membayangkan semua
kemungkinan yang akan terjadi. Mulutku komat-kamit berdo’a semoga semuanya
baik-baik saja.
Tiba
namaku di sebut
“Tika
Kurnia Pratiwi LULUS!”
Saking
senangnya Aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, menangis terharu,
pengorbananku selama ini tak sia-sia. Beberapa saat kemudian nama Ilham juga di
sebut
“Muhammad Ilham Alfathir LULUS!”
Begitu
mendengarnya Aku amat senang. Wajahku sumringah tak terkira. Kini Aku tinggal
memiirkan akan di lanjutkan kemana pendidikan ku ini.
**
Kulihat
hasil Tes kesahatanku untuk memenuhi persyaratan masuk ke universitas
favoritku. Aku syok melihatnya, ternyata Aku terkena kanker rahim stadium
lanjut,
“Tenang
Mbak, kankernya masih bisa di sembuhkan, peluang sembuhnya besar jangan khawatir,,” dokter menjelaskannya
padaku.
Namun
tetap saja Aku takut akan keadaan ini, Aku takut rahimku di angkat dan Aku
tidak bisa punya keturunan, hatiku tak tenang memikirkannya.
Tiba-tiba ponselku berdering,
“Halo assalamu’alaikum Ukhti
Tika...” ukhti Ina menelefonku tegesa-gesa
“Wa’alaikum salam’
“Ukhti tika?,, Ilham kecelakaan, dia
terus sebut-sebut nama Ukhti, keadaannya parah banget. Dia di tawat di Rumah
sakit Umun cepat kemari. Kami menunggumu”
Aku
tersentak kaget mendengarnya ‘Prang” ponselku jatuh, tubuhku lemas, kuberjalan
gontai dari ruangan dokter menuju ruang tempat ilham di rawat. Sangat kebetulan
Akupu periksa di rumah sakit yang sama. Tatapanku nanar terperanjat lari menuju
ruang UGD. Aku lari sekuat tenagaku, sesekali kuterjatuh karena tak kuat
menopang tubuhku yang lemah.
Kuliha Ilham terbujur kaku di bantu
alat napas opname, Aku tak tega melihatnya. Tubuhnya bersimbah darah, kepalanya
bocor. Banyak selang kabel manancap ditubuhnya yang Aku tak tahu apa gunanya
benda asing itu.aku menangis sejadi-jadinya melihat orang yang Aku sayangi
tergolek lemah tak berdaya , Ilham terus memanggil-manggil namaku.
“Tika,,Tika,,,”
Ibu,
Ayah, Adik dan Kakak Ilham menatapku penuh harap. Adik Ilham menangis histeris,
Ibunya menangis sesenggukan, Aku sangat bigung harus bagaimana
“Nak tika, kata dokter ilham sudah
tidak ada tak ada harapan lagi,,,” bisik Ibu Ilham padaku,
kutatapi
satupersatu keluarga Ilham. Semuanya berduka dan bersimbah air mata, hanya Ayah
Ilham yang terlihat sedikit tegar. Terlihat ukhti Inasedang membaca yasin di
sebelah ilham sambil meneteskan air mata, Ukhti Ina sepupu Ilham yang begitu
menyayangi Ilham dan keluarganya.
Hatiku meletup-letup tak sseirama,
merasakan takut yang amat sangat.kutatap wajah ilham dan kugenggam erat
jemari-jemarinya. Matanya menutup, mungkin ia tertidur atau malah sudah pergi
dari dunia ini, Aku begitu ketakutan membayangkan bila ini memang terjadi.
Perlahan kupanggil namanya,
“Ilham,,,Ilham,,,”
Bersambung...
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar