Beberapa
bulan Aku pergi chek up ke dokter. Aku lupa dengan kenker rahim yang Aku
derita, padahal dokter menyarankanku untuk chek up 2 minggu sekali. Dan Oh
Tuhan betapa terkejutnya Aku, dokter mengfonis kankerku sudah stadium akhir,
betapa malangnya nasibku. Ini karena Aku tidak menjaga kesehatanku dengan baik,
Aku terlalu sibuk memikirkanilham. Sampai-sampai diriku sendiri tak terurus
seperti ini
“Ya Allah, ampuni hamba yang telah
mendzolimi diri hamba sendiri ini Ya Allah !” ucapku dalam hati.
Air
mataku menetes. Dokter marah padaku,
“Kalau sudah seperti ini peluangnya
sangat kecil” dokter menatapku kesal dan penuh harap,
Aku
hanya bisamenunduk, menangisi menyesali semua perbuatanku. Namun dokter terus
memotivasiku,
“Ta ada gunanya menangis dan
menyesali semua ini. Kita harus mengobati kanker ganas itu segera. Bisa dengan
kemho theraphy dan jika masih mengganas juga, rahim Mbak akan kami angkat”
Aku
terkejut, lamat-lamat ku tatap dokter di hadapanku. Wajahnya benar-benar
serius, tak ada senyuman segaris pun,
“Apa tak ada cara lain dok?”
“Operasi, mungkin tahap pertama
operasi terlebih dahulu, bila tak berhasil terpaksa kemhotheraphy”
“kalau tidak berhasil juga dok?”
“Pengangkatan rahim, ini jalan
terkhir. Namun tidak menjamin 100 % sembuh. Saya harus memeriksa lebih lanjut, memastikan apakah kanker ini sudah
menjalar ke bagian organ lain atau belum”
“Apa separah itu dokter?”
“iya” jawaban yang singkat
“Insyaallah bisa sembuh, Mbak harus
optimis!” sedikit harapan terbuka.
***
Memoriam begitu tajam kuingat, aku
hanya bisa termangu dalam diam. Panasmatahari begitu menyengat, kuurungkan niat
berlama-lama di bawah pohon mangga ini. Beranjak kembali ke kamar.
Kankerku tak kunjung sembuh, sedah 3
kali Aku di operasi. Namun tak ada perubahan. Pernah Aku meminta kemhotheraphy,
namu dokter melarangnya karena sangat beresiko. Di operasiku yang ke 3, rahimku
di angkat.Sebelum operasi ke 3 ini Aku berfikir cuku lamauntuk menyetujui
pengangkatan rahimku. Aku di sebut wanita karena Aku mempunyai rahim, lantas
bagaimana jika Aku tak punya rahim?. Akhirnta setelah berfikir panang, Aku
setuju untuk dioperasi lagi. Namun kondisiku tak kunjung berubah, Aku tak
sembuh jua. Sel kankerku sudah keburu menjalar ke bagian lain.
Terakhir kupaksa dokter melakukan
kemotheraphy. Awalnya dokter menolak, Aku terus mendesak, lama kelamaan dokter
luluh juga. Pada akhirnya dokter menyanggupi dan menentukan hari yang tepat,
hari dimana kondisiku yang paling stabil. Sembari menunggu hari itu, Aku terus
berdo’a memohon yang terbaik, walau rasanya Allah SWT sudah bosan mendengar
rintihan ku ini.
Kupasrahkan semuanya, doktermembawa
semua peralatan medis yang di butuhkan. Sebelum itu Aku berdo’a lagi
“Ya Allah, Aku pasrah dengan semua
kehendakmu, jika setelah ini Aku sembuh, Aku sangat amat bersyukur , tetapi
jika setelah ini Aku harus menyusul Ilham dan Mamah, Aku pun ikhlas.”
Dokter memulai kemotheraphinya. Ia
menyuntikan sesuatu ke tubuh ku, tak ada reaksi berarti. Beberapa saat kemudian
obat itu bereaksi. Ya Allah sakit sekali, tubuhku menggigil, terasa panas dan
sesaat dingin. “Akh...” Aku mendesah, Papah menangis melihatku kesakitan. Ini
pertanda obatnya bereaksi, badanku terasa ngilu, sakit yang teramat sangat.
Bulu-bulu badanku perlahan merontok, termasuk rambutku. Obat keras ini terus
bereaksi dalam tubuhku, rasa sakitnya perlahan mereda. Namun ada 2 kali
kemotheraphy lagi yang harus Aku jalani.
Karena kelelahan Aku tertidur,
nyaman rasanya. Sayang, ternyata Aku tertidur untuk selama-lamanya, terbebas
dari rasa sakit yang menjeratku setiap harinya.
Selamat tinggal Pah, Aku sayang
Papah! Terimakasih dokter, sudah berusaha sekuat tenaga mengobatiku. Semoga
engkau bisa menyembuhkan orang-orang sepertiku. Selamat tinggal dunia,,,
selamat tinggal semuanya.
TAMAT