selamat datang... jangan lupa tinggalkan komentar :) boleh copast asalkan cantumkan sumber yang jelas! Ok! :)

Rabu, 20 Agustus 2014

laporan Indikator asam basa kelas XI


Indikator Asam Basa

I.     Tujuan Percobaan
*      Mengetahui larutan bersifat asam, basa, atau netral dengan menggunakan indikator alami
*      Mengetahui larutan asam basa dengan menggunakan kertas lakmus
*      Mengukur pH larutan menggunakan kertas  indikator universal

II.     Dasar teori
Asam dan basa merupkan kelompok larutan yang banyak berperan dalam reaksi kimia. Asam menurut teori arthenius adalah suatu zat yang jika di larutkan kedalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+). Sedangkan basa menurut teori arthenius adalah suatu zat yang jika dilarutkan kedalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-). Adapun rasa dari kedua zat ini yaitu terasa masam untuk asam dan pahit untuk basa. Asam bersifat korosi (merusak logam) sedangkan basa bersifat kaustik (merusak kulit).
 Untuk menganali suatu zat bersifat asam atau basa kita di larang keras untuk sembarangan memegangnya apalagi mencicipinya, karena akan sangat berbahaya. Misalnya saja asam sulfat (H2SO4) yang biasa digunakan sebagai accu zuur (air aki), jika terkena tangan akan melepuh dan bila terkena mata akan buta. Contoh zat lainnya natrium hidroksida (NaOH) banyak digunakan untuk membersihkan saluran air bak cuci, bila terkena tangan akan terasa licin dan gatal-gatal serta tangan mudah teriritasi. Cara yang tepat dan mudah untuk menentukan suatu zat bersifat asam atau basa ialah dengan menggunakan zat penunjuk atau biasa disebut indikator. (Hardianto dan Ruminten, 2009: KIMIA 2: 145).
Indikator adalah suatu zat yang dapat berubah warnanya sesuai dengan banyaknya konsentrasi H+ atau pH larutan. Dengan perubahan tersebut, suatu larutan dapat dikelompokan menjadi asam atau basa. (Sutrisna dan Listiana, 2006: SPEKTRUM KIMIA 2: 250). Indikator asam basa dan penentu pH banyak jenisnya. Antara lain kertas lakmus, fenolftalen, metil merah, metil jingga, bromtimol biru, indikator alami dan kertas indikator universal. Bisa pula menggunakan pH meter berupa alat digital.
Suatu zat bisa dikatakan asam, basa, atau netral bergantung dengan nilai pH-nya. pH merupakan kepanjangan dari power of hydrogen, atau derajat keasaman. Rentang pH dimulai dari angka 0- 14. Dimana asam memberikan nilai pH 0-6,9. Netral berada di pH=7, dan basa dimulai dari pH 7,1-14. Untuk asam, semakin kecil nilai pH maka semakin kuat asam tersebut. Kebalikan dari asam, pada basa, semakin tinggi nilai pH maka semakin kuat basa tersebut.
Berkaitan dengan indikator praktikum kali ini, yaitu menggunakan kertas lakmus, indikator alami, dan kertas indikator universal. Dimana dari ketiga indikator ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kertas lakmus hanya bisa menentukan suatu larutan bersifat asam dan basa saja tanpa mengetahui nilai pH-nya. Indikator alami pun sama, lerlebih lagi mudah di dapat, contohnya kembang sepatu, kulit manggis, bunga pacar air (ungu), kunyit dan masih banyak lagi. Tetapi untuk mengetahui nilai pH-nya perlu diteliti lebih lanjut berdasarkan perubahan spektrum warnanya yang bermacam-macam. Dan kertas indikator universallah yang menurut saya lebih komplit mencakup dua indikator di atas, karena selain bisa membedakan  suatu zat atau larutan bersifat asam, netral atau basa juga bisa mengetahui nilai pH-nya.
III.     Alat dan Bahan


-       Gelas kimia
-       Pelat tetes
-       Mortal
-       Pipet
-       Spatula   
-       Saringan
-       Air
-       Larutan A, B, C, D, E, F, dan G dengan pH=0 sampai pH=14
-       Bunga jarong (indikator alami)
-       Kertas lakmus merah
-       Kertas lakmus biru
-       Kertas indikator universal





IV.     Cara Kerja
Langkah 1 : membuat indikator alami
1.      Siapkan mortal, tumbuk bunga jarong dan beri sedikit air. Tumbuk sampai halus. Setelah halus, ambil sari bunga jarong yang telah dihaluskan dengan cara menyaringnya.
2.      Siapkan pelat tetes, beri setiap lubang di pelat tetes dengan 2 tetes larutan A, B, C, D, E, F, dan G yang sudah disediakan.
3.      Ambil indikator alami menggunakan pipet, kemudian teteskan larutan A, B, C, D, E, F, dan G pada pelat tetes masing-masing cukup 2 tetes.
4.      Catat perubahan warna yang terjadi pada setiap sampel larutan di tabel pengamatan.
Langkah 2 : membuat indikator kertas lakmus
1.      Masukan 2 tetes larutan A, B, C, D, E, F dan G pada setiap lubang di pelas tetes. Lakukan dengan hati-hati supaya setiap larutan tidak bercampur.
2.      Kemudian uji setiap larutan dengan mencelupkan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru pada larutan yang akan diuji. Catat perubahan yang terjadi.
Langkah 3 : menentukan pH
Sama seperti langkah 2. Hanya saja uji setiap larutan menggunakan kertas indikator universal. Cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan warna skala pH yang tertera pada kemasan indikator universal. Amati perubah tersebut dengan mencatat nilai pH-nya.
V.     Hasil Pengamatan
Ø Percobaan 1
Menggunakan indikator alami sari bunga jarong (berwarna ungu)
No
Larutan
Perubahan Warna
Kesimpulan
1
A
merah muda
asam
2
B
merah muda
asam
3
C
ungu
netral
4
D
biru dongker
netral
5
E
ungu
netral
6
F
hujau tua
basa
7
G
kuning
basa

Ø Percobaan 2
Menggunakan indikator kertas lakmus dan kertas indikator universal
No
Larutan
Indikator
pH
Kesimpulan
Lakmus merah
Lakmus biru
1
A
Merah
merah
1
asam
2
B
Merah
merah
1
asam
3
C
Merah
biru
8
netral
4
D
Merah
biru
7
netral
5
E
Merah
biru
7
netral
6
F
Biru
biru
9
basa
7
G
Biru
biru
14
basa

VI.     Pertanyaan
v Mengapa kertas lakmus merah dalam suasan basa berubah warna menjadi biru dan kertas lakmus biru dalam keadaan asam berubah warna menjadi merah?
v Jawab: perubahan warna yang mampu dihasilkan pada kertas lakmus disebabkan oleh adanya orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru didalam kertas lakmus. Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lamus yang berwarna biru kedalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lamus yang selanjutnya dikeringkan dalam udara terbuka sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap berwarna biru, karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-). Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru. Tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi warna merah. Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam kembali terjadi apabila kertas lakmus merah dimasukan kedalam larutan  yang bersifat asam akan tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk. (Yahoo! answer)

VII.     Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan, pada percobaan 1 dan percobaan 2 terdapat kesamaan dalam nama larutan yang bersifat asam, basa dan netral.
ü Percobaan 1


Larutan A dan B bersifat asam, berdasarkan kasamaan perubahan warna yang menjadi merah muda. Larutan C, D, dan E bersifat netral. Walau warnanya sedikit terlihat berbeda, larutan D lebih dominan berwarna biru dongker. Namun dapat disimpulkan ketiga larutan tersebut berwarna ungu. Adapun basa merupakan sifat dari larutan F dan G, dimana sampel F berubah warna menjadi hijau dan sampel G berwarna kuning.   






ü Percobaan 2
Pada percobaan menggunakan kertas lakmus dipakai dua macam kertas lakmus. Kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Jika kertas lakmus merah di celupkan pada sampel larutan dan warnanya berubah menjadi biru, maka larutan tersebut bersifat basa. Begitupun dengan kertas lakmus warna biru. Namun, jika kedua macam kertas tersebut tidak berubah warna, yaitu tetap pada warna semula, lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru tetap berwarna biru setelah di celupkan pada sampel larutan, dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut bersifat netral. Bisa dilihat pada tabel pengamatan percobaan 2.
Dari data hasil praktikum di atas terdapat beberapa keganjilan pada percobaan larutan C. Ketika sampel ini diuji menggunakan kertas lakmus, tak terjadi perubahan yang mencolok, hanya ada sedikit banyangan warna merah pada lakmus biru dan sedikit bayangan warna biru pada lakmus merah, samar-samar terlihat. Waktu itu pula saya dan kelompok menyimpulkan bahwa sampel ini bersifat netral. Keganjilan ini diperjelas lagi saat menggunakan kertas indikator universal. Hasil pH  yang seharusnya 7 ternyata lebih condong ke 8. Berbeda dengan dasar teori sebelumnya dimana angka 8 sudah termasuk kedalam zat yang bersifat asam. Mungkin pada saat pengujian dengan indikator universal terjadi kesalan penglihatan saat menyocokan perubahan warna pada kertas indikator universal dengan patokan warna skala pH indikator universal. Karena pada saat praktikum, kelompok saya mengejakannya dengan terburu-buru. Hanya satu kali saja melakukan percobaan pada setiap larutannya. Padahal percobaan berulang-ulang dapat mempengaruhi keabsahan hasil praktikum.

VIII.     Kesimpulan

1.     Indikator alamipun dapat digunakan untuk menentukan suatu zat bersifat asam dan basa asalkan penentuan tumbuhan yang akan dijadikan indikator alami tepat.
2.    Kertas lakmus bisa membedakan suatu zat bersifat asam, basa dan netral dengan cepat tetapi tidak bisa menentukan nilai pH-nya.
3.    Pengujian larutan dengan menggunakan kertas indikator universal selain bisa membedakan zat yang bersifat asam, basa dan netral juga sekaligus bisa mengetahui nilai pH-nya.
4.    Jika menggunakan indikaor alami, jangan mendiamkan sari tumbuhan tersebut terlalu lama, sebisa mungkin pakai segera. Karena sari tumbuhan tersebut bisa teroksidasi dan mengakibatkan hasil percobaan tidak maksimal.
5.    Ketelitian, kehati-hatian dan kesabaran dalam praktikum sangatlah penting guna mendapatkan hasil yang memuaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar