Sebenarnya Zahra sudah sejak lama
menaruh hati pada Azhar, tanpa sepengetahuan kedua sahabatnya itu. seperti
sebulan yang lalu, Zahra pergi ke perpustakaan sekedar melihat Azhar, yang kata
Indan dan Tuti tampan dan pintar. Tak
disangka, gayung pun bersambut. Azhar mendekati Zahra sekedar bertanya buku apa
yang Azhar baca. Sejak saat itulah, tumbuh benih-benih cinta dilubuk hati Zahra
untuk Azhar . walau belum terlalu dekat dengan Azhar, namun Zahra merasa sangat
dekat dengannya, rindu sebentar saja tak melihatnya. Inilah cinta pertama
Zahra, yaitu Azhar.
Azhar adalah tetangga kelas Zahra,
dia kelas XI IPA-2. Azhar memang anak yang pintar, baik, soleh, dan juga
tampan, anak orang kaya pula. Berbeda dengan Zahra yang seorang anak dari
keluarga keluarga sederhana dan biasa-biasa saja. Namun begitulah, Azhar tidak
pernah menunjukan kekayaannya di sekolah. Jam tangan, tas, buku-buku, dan
sepatunya pun sederhana, tidak bermerek kelas wahid yang biasa di pakai
anak-anak orang kaya pada umumnya. Mungkin, kesederhanaan itulah yang membuat banyak wanita mengidamkannya.
Sejak kejadian itu Zahra menjadi
rajin pergi ke perpustakaan. Alasannya, tidak lain dan tidak buakan untuk
brtemu dengan pujaan hatinya. Tak biasa dipungkiri, kian hari pesona Azhar
semakin isyimewa baginya, dan semakin hari pula Azhar menjadi amat dekat dengan
Zahra, walau sebatas teman saja.
“Assalamu’alikum...” sapa Azhar
“Wa’alaikum salam” jawab Zahra
“sedang cari buku apa?”
“Ini, Aku lagi cari buku kimia,
buat pelajaran Ibu Resti nanti”
“Ohh... ayo ikut Aku, Aku tau
tempatnya di mana” sambi pergi ke rak buku di sebelah ruangan, Zahra mengekor
dibelakang Azhar.
“Nah, ini dia bukunya”
“Makasih ya Azhar”
“Sama-sama”
Mereka berdua pergi ke ruang
baca, namun, tak seprti biasanya, ruangan itu sepi. Hanya ada 4 orang saja.
Zahra dan Azahar duduk berhadapan berbataskan sebuah meja,
“Ngomong-ngomong Zahra apa
kabar?”
“Alhamdulillah baik, kalau Azhar
sendiri?” Zahra balik bertanya.
“Alhamdulillah baik juga”.
Dada Zahra berdegup kencang sejak awal pembicaraan. Rasa
yang sangat aneh. Namun, Zahra mencoba untuk tetap menenangkan dirinya, supaya
tidak kelihatan gugup. Pembicaraan semakin melebar kearah yang lain, ternyata
Azhar punya selera humor yang baik, Zahra berkali-kali dibuat tersipu dan
tertawa karenanya.
“Ekhm,,nama kamu bagus Zahra,
kira-kira artinya apa yah?” pembicaraan mulai agak serius,
“Kata Ibu, Zahra artinya bunga.
Namamu juga bagus, Azhar? Artinya apa?”
“Nama yang cantik, kata ayah
Azhar artinya yang berseri, wajahku berserikan? Hehe,, emm kalu digabung nama
kita jadi... Bunga yang berseri, mungkin kita berjodoh??” menatap wajah Zahra
Sambil tersenyum.
Seketika “deg” dada Zahra seakan
berhenti berdetak mendengar kata ‘jodoh’
“Terimakasih.. ah kamu bisa saja”
dengan nada terbata.
Tak terasa bel pun berbunyi,
merekapun pergi meninggalkan perpustakaan.
***
Semenjak saat itulah hubungan
mereka menjadi semakin dekat dan spesial tentunya. Hari-hari mereka lalui
bersama, belajar bersama, bahkan terkadang pulang dan berangkat sekolah pun
bersama. Namun tak ada status apapun antara mereka selain pertemanan yang tak
lebih dari sahabat. Di satu sisi, jauh di libuk hati terdalam, ada hati yang
berharap lebih dari persahabatan, itulah Zahra.
Semakin hari murid-murid di
sekolah itubanyak yang mengira mereka berdua pacaran, tentu saja mereka menepis
itu, karena memang mereka tidak pacaran. Tuti dan Indah pun melihat gelagat yang
berbeda dengan sahabatnya, Zahra.
“Ra, kamu pacaran ya sama Azhar?”
tanya Tuti
“Kata siapa? Enggak ko!”
“Tapi, deket gitu, masa bukan
pacar?” dengan tatapan penuh curiga
“Tapi Ra, sepertinya Azhar suka
sama kamu?” tuti mengerutkan keningnya,
“Ah masa?” tanya Zahra,
Indah menyambung “Iya!!! Kalau
dia gak suka, ngapain coba Dia selalu sama kamu? Azhar itu tipe Cowok yang
susah deket sama cewek. Apalagi kamu yang gak pernah sekelas sama Dia, Aku aja
yang dulu pernah sekelas, jarang ngobrol, malahan bisa dibilang gak pernah?”
Indah penasaran.
Bersambung lagiii!!!....