Sesaat
kemudian Usdazah datang, pandangan pertamanya tertuju padaku yang begitu
mencolok dari yang lain. Dadaku berdegup kencang ketika Ustadzah menoleh
padaku, takut akan dimarahi olehnya. Namun tak disangka Ustadzah tersenyum
padaku. Seketika reda sudah gejolak di dadaku.
Akhirnya
acara di mulai. Di buka dengan lamtunan ayat suci Alqur’an oleh salah satu
Ukhti, suaranya begitu merdu, lembut nan syhdu. Dadaku gemetar, sekujur badanku
merinding mendengarnya. Aku merasakan ketenangan yang teramat mendalam, rasa
yang tak pernah kutemui sebelumnya. Lantuman ayat suci terus di kumandangkan
dan di sambung dengan ceramah dari Ustadzah mengenai fitrah seorang perempuan.
Tukasnya, wanita adalah perhiasan dunia ini yang harus di jaga kesuciannya,
juga calon Ibu pencetak penerus bangsa yang berkualitas. Ibu pulalah madrasah
pertama bagi anak-anaknya kelak. Maka dari itu Ustadzah menegaskan, jadilah
perempuan yang berilmu dunia dan akhirat,
supaya kelak ketika menjadi seorang Ibu, bisa membimbing anak-anaknya
menuju kejalan kebaikan.
Selama
di dalam mushola Aku larut dalam suasana itu, apalagi saat mendengar lantunan
ayat suci Alqur’an, hatiku merasa begitu sejuk, tenang. Bagai ada sesuatu yang
merasuk ke dalam kalbu, suara itu begitu mengalun-mengalun merdu bak suara
surga memanggil-manggil para ahli surga untuk masuk ke dalamnya.
Dalam
lubuk hatiku ada seberkas keinginan untuk menjadi seperti Ukhti-ukhti yang
sebaya denganku itu. Akhirnya Aku banyak bertanya tentang ini itu pada mereka.
Mulai dari kenapa mereka berjilbab? Kenapa saat acara tadi, pria dan wanita di
pisah? Semua Aku tanyakan. Jawabwn ereka semua masuk akal, mereka menjawab
dengan senang hati dan antusias. Aku cukup puas dengan jawaban mereka semua.
Kini terjawab sudah tentang semua sikap Ilham padaku yang belakangan ini amat
aneh. Ku kirimkan pesan singkat pada Ilham ‘terimakasih
telah memintaku datang ke acara Rohis,
sekarang Aku faham dengan semua in.’ Tak lama datang balasan dari Ilham, ‘sama-sama J
Aku mencitaimu karena Allah.’ Aku
begitu terhenyung membaca pesan itu.
Setelah
mengikuti acara Rohis itu, Aku merenung dan terus berfikir,
“Mungkinkah
Aku bisa seperti ukhti-ukhti itu,,,,,” desahku pelan
Aku
sangat ragu. Dilain hal Aku ingin seperti mereka. Ini saatnya Aku berubah,
meeninggalkan kehidupanku yang begitu membingungkan ini. Aku menghubungi
UkhtinIna, kuceritakan semuanya. Mendengar Aku ingin berubah, Dia begitu senang
dan terus meyakinkan dan memotivasiku
“Ukhti Tika, di awal memang akan
terasa sulit, banyak godaan dan cobaan yang akan menghadang. Tapi Aku yakin
Ukhti bisa melewatinya dengan baik. Aku
selalu mendukungmu.” Ukhti Ina terus meyakinkanku.
Tanpa
pikir panjang Aku mengitu saran Ukhti Ina.
Keesokan harinya Aku berangkat kesekolah dengan
penampilan yang berbeda, pakaianku terjuntai panjang dan tertutup lengkap dengan
jilbab yang melekat di kepalaku. Sontak teman-teman terpana melihatku, banyak
pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka, kujawab sebisaku. Tak ayal banyak
pendapat positif dan negatf tercurah dari mereka padaku. Terkadang Aku begitu
kesal dan marah. Bersambuung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar