selamat datang... jangan lupa tinggalkan komentar :) boleh copast asalkan cantumkan sumber yang jelas! Ok! :)

Kamis, 23 Januari 2014

Kutunggu Kau di Keabadian part 4


Sesaat kemudian Usdazah datang, pandangan pertamanya tertuju padaku yang begitu mencolok dari yang lain. Dadaku berdegup kencang ketika Ustadzah menoleh padaku, takut akan dimarahi olehnya. Namun tak disangka Ustadzah tersenyum padaku. Seketika reda sudah gejolak di dadaku.
Akhirnya acara di mulai. Di buka dengan lamtunan ayat suci Alqur’an oleh salah satu Ukhti, suaranya begitu merdu, lembut nan syhdu. Dadaku gemetar, sekujur badanku merinding mendengarnya. Aku merasakan ketenangan yang teramat mendalam, rasa yang tak pernah kutemui sebelumnya. Lantuman ayat suci terus di kumandangkan dan di sambung dengan ceramah dari Ustadzah mengenai fitrah seorang perempuan. Tukasnya, wanita adalah perhiasan dunia ini yang harus di jaga kesuciannya, juga calon Ibu pencetak penerus bangsa yang berkualitas. Ibu pulalah madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Maka dari itu Ustadzah menegaskan, jadilah perempuan yang berilmu dunia dan akhirat,  supaya kelak ketika menjadi seorang Ibu, bisa membimbing anak-anaknya menuju kejalan kebaikan.
Selama di dalam mushola Aku larut dalam suasana itu, apalagi saat mendengar lantunan ayat suci Alqur’an, hatiku merasa begitu sejuk, tenang. Bagai ada sesuatu yang merasuk ke dalam kalbu, suara itu begitu mengalun-mengalun merdu bak suara surga memanggil-manggil para ahli surga untuk masuk ke dalamnya.
Dalam lubuk hatiku ada seberkas keinginan untuk menjadi seperti Ukhti-ukhti yang sebaya denganku itu. Akhirnya Aku banyak bertanya tentang ini itu pada mereka. Mulai dari kenapa mereka berjilbab? Kenapa saat acara tadi, pria dan wanita di pisah? Semua Aku tanyakan. Jawabwn ereka semua masuk akal, mereka menjawab dengan senang hati dan antusias. Aku cukup puas dengan jawaban mereka semua. Kini terjawab sudah tentang semua sikap Ilham padaku yang belakangan ini amat aneh. Ku kirimkan pesan singkat pada Ilham ‘terimakasih telah memintaku datang  ke acara Rohis, sekarang Aku faham dengan semua in.’  Tak lama datang balasan dari Ilham, ‘sama-sama J Aku mencitaimu karena Allah.’ Aku begitu terhenyung membaca pesan itu.
Setelah mengikuti acara Rohis itu, Aku merenung dan terus berfikir,
“Mungkinkah Aku bisa seperti ukhti-ukhti itu,,,,,” desahku pelan
Aku sangat ragu. Dilain hal Aku ingin seperti mereka. Ini saatnya Aku berubah, meeninggalkan kehidupanku yang begitu membingungkan ini. Aku menghubungi UkhtinIna, kuceritakan semuanya. Mendengar Aku ingin berubah, Dia begitu senang dan terus meyakinkan dan memotivasiku
            “Ukhti Tika, di awal memang akan terasa sulit, banyak godaan dan cobaan yang akan menghadang. Tapi Aku yakin Ukhti bisa melewatinya  dengan baik. Aku selalu mendukungmu.” Ukhti Ina terus meyakinkanku.
Tanpa pikir panjang Aku mengitu saran Ukhti Ina.
            Keesokan harinya Aku berangkat kesekolah dengan penampilan yang berbeda, pakaianku terjuntai panjang dan tertutup lengkap dengan jilbab yang melekat di kepalaku. Sontak teman-teman terpana melihatku, banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka, kujawab sebisaku. Tak ayal banyak pendapat positif dan negatf tercurah dari mereka padaku. Terkadang Aku begitu kesal dan  marah. 


Bersambuung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar