Indikator
Asam Basa
I. Tujuan Percobaan



II. Dasar teori
Asam dan
basa merupkan kelompok larutan yang banyak berperan dalam reaksi kimia. Asam
menurut teori arthenius adalah suatu zat yang jika di larutkan kedalam air akan
menghasilkan ion hidrogen (H+). Sedangkan basa menurut teori
arthenius adalah suatu zat yang jika dilarutkan kedalam air akan menghasilkan
ion hidroksida (OH-). Adapun rasa dari kedua zat ini yaitu terasa
masam untuk asam dan pahit untuk basa. Asam bersifat korosi (merusak logam)
sedangkan basa bersifat kaustik (merusak kulit).
Untuk menganali suatu zat bersifat asam atau
basa kita di larang keras untuk sembarangan memegangnya apalagi mencicipinya,
karena akan sangat berbahaya. Misalnya saja asam sulfat (H2SO4)
yang biasa digunakan sebagai accu zuur
(air aki), jika terkena tangan akan melepuh dan bila terkena mata akan buta.
Contoh zat lainnya natrium hidroksida (NaOH) banyak digunakan untuk
membersihkan saluran air bak cuci, bila terkena tangan akan terasa licin dan
gatal-gatal serta tangan mudah teriritasi. Cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan suatu zat bersifat asam atau basa ialah dengan menggunakan zat
penunjuk atau biasa disebut indikator. (Hardianto dan Ruminten, 2009: KIMIA 2: 145).
Indikator
adalah suatu zat yang dapat berubah warnanya sesuai dengan banyaknya
konsentrasi H+ atau pH larutan. Dengan perubahan tersebut, suatu
larutan dapat dikelompokan menjadi asam atau basa. (Sutrisna dan Listiana,
2006: SPEKTRUM KIMIA 2: 250). Indikator
asam basa dan penentu pH banyak jenisnya. Antara lain kertas lakmus,
fenolftalen, metil merah, metil jingga, bromtimol biru, indikator alami dan
kertas indikator universal. Bisa pula menggunakan pH meter berupa alat digital.
Suatu zat
bisa dikatakan asam, basa, atau netral bergantung dengan nilai pH-nya. pH
merupakan kepanjangan dari power of
hydrogen, atau derajat keasaman. Rentang
pH dimulai dari angka 0- 14. Dimana asam memberikan nilai pH 0-6,9. Netral
berada di pH=7, dan basa dimulai dari pH 7,1-14. Untuk asam, semakin kecil
nilai pH maka semakin kuat asam tersebut. Kebalikan dari asam, pada basa,
semakin tinggi nilai pH maka semakin kuat basa tersebut.
Berkaitan
dengan indikator praktikum kali ini, yaitu menggunakan kertas lakmus, indikator
alami, dan kertas indikator universal. Dimana dari ketiga indikator ini
mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kertas lakmus hanya bisa
menentukan suatu larutan bersifat asam dan basa saja tanpa mengetahui nilai
pH-nya. Indikator alami pun sama, lerlebih lagi mudah di dapat, contohnya kembang
sepatu, kulit manggis, bunga pacar air (ungu), kunyit dan masih banyak lagi.
Tetapi untuk mengetahui nilai pH-nya perlu diteliti lebih lanjut berdasarkan
perubahan spektrum warnanya yang bermacam-macam. Dan kertas indikator universallah
yang menurut saya lebih komplit mencakup dua indikator di atas, karena selain
bisa membedakan suatu zat atau larutan
bersifat asam, netral atau basa juga bisa mengetahui nilai pH-nya.
III. Alat dan Bahan
-
Gelas kimia
-
Pelat tetes
-
Mortal
-
Pipet
-
Spatula
-
Saringan
-
Air
-
Larutan A, B, C, D, E, F, dan G dengan pH=0 sampai pH=14
-
Bunga jarong (indikator alami)
-
Kertas lakmus merah
-
Kertas lakmus biru
-
Kertas indikator universal
IV. Cara Kerja
Langkah 1 :
membuat indikator alami
1. Siapkan
mortal, tumbuk bunga jarong dan beri sedikit air. Tumbuk sampai halus. Setelah
halus, ambil sari bunga jarong yang telah dihaluskan dengan cara menyaringnya.
2. Siapkan
pelat tetes, beri setiap lubang di pelat tetes dengan 2 tetes larutan A, B, C,
D, E, F, dan G yang sudah disediakan.
3. Ambil indikator
alami menggunakan pipet, kemudian teteskan larutan A, B, C, D, E, F, dan G pada
pelat tetes masing-masing cukup 2 tetes.
4. Catat
perubahan warna yang terjadi pada setiap sampel larutan di tabel pengamatan.
Langkah 2 : membuat indikator kertas lakmus
1. Masukan 2
tetes larutan A, B, C, D, E, F dan G pada setiap lubang di pelas tetes. Lakukan
dengan hati-hati supaya setiap larutan tidak bercampur.
2. Kemudian uji
setiap larutan dengan mencelupkan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru
pada larutan yang akan diuji. Catat perubahan yang terjadi.
Langkah 3 : menentukan pH
Sama seperti
langkah 2. Hanya saja uji setiap larutan menggunakan kertas indikator
universal. Cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan warna skala pH yang
tertera pada kemasan indikator universal. Amati perubah tersebut dengan
mencatat nilai pH-nya.
V. Hasil Pengamatan
Ø Percobaan 1
Menggunakan
indikator alami sari bunga jarong (berwarna ungu)
No
|
Larutan
|
Perubahan
Warna
|
Kesimpulan
|
1
|
A
|
merah muda
|
asam
|
2
|
B
|
merah muda
|
asam
|
3
|
C
|
ungu
|
netral
|
4
|
D
|
biru dongker
|
netral
|
5
|
E
|
ungu
|
netral
|
6
|
F
|
hujau tua
|
basa
|
7
|
G
|
kuning
|
basa
|
Ø Percobaan 2
Menggunakan
indikator kertas lakmus dan kertas indikator universal
No
|
Larutan
|
Indikator
|
pH
|
Kesimpulan
|
|
Lakmus merah
|
Lakmus biru
|
||||
1
|
A
|
Merah
|
merah
|
1
|
asam
|
2
|
B
|
Merah
|
merah
|
1
|
asam
|
3
|
C
|
Merah
|
biru
|
8
|
netral
|
4
|
D
|
Merah
|
biru
|
7
|
netral
|
5
|
E
|
Merah
|
biru
|
7
|
netral
|
6
|
F
|
Biru
|
biru
|
9
|
basa
|
7
|
G
|
Biru
|
biru
|
14
|
basa
|
VI. Pertanyaan
v Mengapa
kertas lakmus merah dalam suasan basa berubah warna menjadi biru dan kertas
lakmus biru dalam keadaan asam berubah warna menjadi merah?
v Jawab:
perubahan warna yang mampu dihasilkan pada kertas lakmus disebabkan oleh adanya
orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru didalam kertas lakmus. Lakmus
biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lamus yang berwarna biru kedalam kertas
putih. Kertas akan menyerap ekstrak lamus yang selanjutnya dikeringkan dalam
udara terbuka sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada
larutan yang bersifat basa akan tetap berwarna biru, karena orchein merupakan
anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-). Kertas
lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus
biru. Tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya
menjadi warna merah. Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam
kembali terjadi apabila kertas lakmus merah dimasukan kedalam larutan yang bersifat asam akan tetap merah karena
lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan, apabila
kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang
berwarna biru akan kembali terbentuk. (Yahoo! answer)
VII. Pembahasan
Setelah
dilakukan percobaan, pada
percobaan 1 dan percobaan 2 terdapat kesamaan dalam nama larutan yang bersifat
asam, basa dan netral.
ü Percobaan
1
Larutan A
dan B bersifat asam, berdasarkan kasamaan perubahan warna yang menjadi merah
muda. Larutan C, D, dan E bersifat netral. Walau warnanya sedikit terlihat
berbeda, larutan D lebih dominan berwarna biru dongker. Namun dapat disimpulkan
ketiga larutan tersebut berwarna ungu. Adapun basa merupakan sifat dari larutan
F dan G, dimana sampel F berubah warna menjadi hijau dan sampel G berwarna kuning.
ü Percobaan
2
Pada
percobaan menggunakan kertas lakmus dipakai dua macam kertas lakmus. Kertas
lakmus merah dan kertas lakmus biru. Jika kertas lakmus merah di celupkan pada
sampel larutan dan warnanya berubah menjadi biru, maka larutan tersebut
bersifat basa. Begitupun dengan kertas lakmus warna biru. Namun, jika kedua
macam kertas tersebut tidak berubah warna, yaitu tetap pada warna semula,
lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru tetap berwarna biru setelah
di celupkan pada sampel larutan, dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut
bersifat netral. Bisa dilihat pada tabel pengamatan percobaan 2.
Dari data hasil
praktikum di atas terdapat beberapa keganjilan pada percobaan larutan C. Ketika
sampel ini diuji menggunakan kertas lakmus, tak terjadi perubahan yang
mencolok, hanya ada sedikit banyangan warna merah pada lakmus biru dan sedikit bayangan
warna biru pada lakmus merah, samar-samar terlihat. Waktu itu pula saya dan
kelompok menyimpulkan bahwa sampel ini bersifat netral. Keganjilan ini
diperjelas lagi saat menggunakan kertas indikator universal. Hasil pH yang seharusnya 7 ternyata lebih condong ke 8.
Berbeda dengan dasar teori sebelumnya dimana angka 8 sudah termasuk kedalam zat
yang bersifat asam. Mungkin pada saat pengujian dengan indikator universal
terjadi kesalan penglihatan saat menyocokan perubahan warna pada kertas
indikator universal dengan patokan warna skala pH indikator universal. Karena pada
saat praktikum, kelompok saya mengejakannya dengan terburu-buru. Hanya satu
kali saja melakukan percobaan pada setiap larutannya. Padahal percobaan
berulang-ulang dapat mempengaruhi keabsahan hasil praktikum.
VIII. Kesimpulan
1.
Indikator alamipun dapat digunakan untuk
menentukan suatu zat bersifat asam dan basa asalkan penentuan tumbuhan yang
akan dijadikan indikator alami tepat.
2.
Kertas lakmus bisa membedakan suatu zat bersifat asam, basa dan
netral dengan cepat tetapi tidak bisa menentukan nilai pH-nya.
3.
Pengujian larutan dengan menggunakan kertas indikator universal
selain bisa membedakan zat yang bersifat asam, basa dan netral juga sekaligus
bisa mengetahui nilai pH-nya.
4.
Jika menggunakan indikaor alami, jangan mendiamkan sari tumbuhan
tersebut terlalu lama, sebisa mungkin pakai segera. Karena sari tumbuhan
tersebut bisa teroksidasi dan mengakibatkan hasil percobaan tidak maksimal.
5.
Ketelitian, kehati-hatian dan kesabaran dalam praktikum sangatlah
penting guna mendapatkan hasil yang memuaskan.